Minggu, 12 Desember 2010

asa

di sudut malam aku terjaga
tersadar akan asa yang bergelayut di dada
semua selayaknya butiran nelangsa
tiada rekah bahagia yang mampu kurasa

kucoba eja, meski dengan terbata
setiap kata yang tercipta
ku coba reka,
setiap jejak yang ada
meski dengan tertatih tanpa daya..

ada kah sesuatu yang nyata di depan sana
sesuatu yang kukenal dengan nama cinta
di penghujung langkah pencarian yang begitu lama

ataukah hanya ilusi semata...
semu tak nyata.
yang kukenal dengan nama 'sia-sia'


  • Sampit, 12-12-2010
          20.30

Sabtu, 11 Desember 2010

tentang peraduan rindu

kali ini aku mengadu,
mengadu pada malam tentang selaksa rindu
rindu akan sesuatu yang semu
yang tak pernah bisa kutemukan titik temu

sungguh,
tumpah rindu di dalam kalbu
terucap dengan sendu

malam pun menyahut rinduku
melagu
menjelmakan rindu menjadi sebait kidung syahdu
lewat hembusan angin sejuk tak berbau

malam menjamu rindu

meskipun tak bisa beradu padu
Aku tetap mengadu rindu


                                                                                                                                   Sampit, 11-12-2010
                                                                                                                                                20.50

Senin, 25 Oktober 2010

...Sebuah Cerita Di Pagi Hari... (Cerita Bermula)

Senin Yang Mendung...

Aku melangkah keluar penthouse, istilah yang kusematkan untuk rumah atau orang sini menyebutnya 'barak', yang setahun belakangan ini kudiami dan mungkin beberapa bulan ke depan akan masih kudiami.  Kaloborasi jarum panjang dan pendek di arloji yang menempel di pergelangan tangan kananku menunjukkan 07.20, setidaknya kurang lebih 10 menit lagi waktu yang tersisa untuk bersegera mungkin tancap gas ke kantor, menunaikan kewajiban pagi hari yaitu meletakkan jari jempol ke mesin pemindai sidik jari sebagai penanda bahwa telah hadir ke kantor tepat waktu dan tidak termasuk sebagai pegawai dengan predikat 'terlambat' hari ini.


Aku menutup dan mengunci pintu penthouse ku. KuJa alias Kuda Jantan, motor laki pabrikan Yamaha dengan tulisan RX King di tubuhnya,  berdiri gagah di depan mata. Sekitar dua tahunan sudah tunggangan plat merah, fasilitas dari kantor, tersebut menjadi teman setiaku. Mengantarku kemana pun kumau. Pulang pergi ke kantor, Menyisir setiap ruas jalan di pusaran kota ini sembari mencari tempat yang menyediakan menu yang pas di lidahku. Aku melangkah menghampirinya. Kini dia sudah siap 100% untuk memulai aktifitas hari ini setelah terlebih dahulu kupanaskan mesinnya. Seketika tubuhku sudah berada di atas joknya, ku tancap gas dan KuJa pun menggelindingkan roda-rodanya menyisiri jalan perkampungan menuju ke kantor.

07.25.
Aku sudah berada di parkiran.

KuJa sudah terparkir di tempat biasanya, tak ada rumput yang bisa dia santap sebab dia tak suka itu, yang dia suka hanyalah cairan kekuning-kuningan berbau menyengat yang rutin kuberikan sebagai pasokan energinya ditambah cairan hitam kental yang sebulan sekali menjadi tambahan nutrisinya.

Aku melangkahkan kaki, menuju ke tempat terpenting yang setiap pagi dan sore hari selalu ramai dikunjungi oleh setiap pegawai. Tempat dimana sebuah mesin kecil, penentu apakah penghasilan yang kan diterima setiap pegawai tiap awal bulan utuh atau berkurang, berada. Aku sudah bediri di depannya. Seorang teman baru saja menghampirinya dan membuat bukti bahwa dia sudah datang di kantor tepat waktu. Kuliat kombinasi angka di layarnya..,
07.26
Masih 4 menit lagi. Waktu yang lumayan cukup lama. Kutaruh jari ku. Tit tit tit..., seketika bunyi itu keluar dari si mesin itu pertanda bahwa aku sudah hadir di kantor dan siap beraktifitas.

Kembali kulangkahkan kaki, menuju meja kerjaku yang berjarak tidak lebih dari tiga meter dari tempat Si Mesin berdiri.. Kuhempaskan tubuhku di atas kursi berbarengan dengan tas slempangku yang kuletakan di sampingku. Sejenak kusapa teman kerja, paket komputer dan printer, dengan menekan tobol kecil yang membuat mereka kembali hidup. Kutunggu mereka tuk ready sembari menikmati tontonan di pagi hari yang rutin terjadi. Mengamati, hiruk pikuk rekan-rekan kerja yang berlarian tergesa-gesa menghampiri si mesin di saat-saat injury time. Ada yang bisa memenuhi tenggat waktu dan mampu menghela nafas senada dengan rasa syukur yang terucap. Ada juga rekan yang menelan kekecewaan, ketika jarinya diletakkan di atas mesin waktu sudah menunjukkan 07.31, dan tanpa sadar rasa kecewa itu teruncap sebagai cacian 'sial'.


Selanjutnya, aktifitas pagi hari pun berlanjut dengan kebiasaan beberapa pegawai bujangan yang saling menghampiri pegawai bujangan lainnya dan saling mengajak untuk sarapan. Pemandangan lumrah pun nampak dimata, segerombolan pegawai bujangan yang terdiri minimal dua orang berjalan keluar kantor menuju tempat penyedia pengganjal perut.Pagi ini aku tidak menjadi bagian dari pemandangan tersebut.

Begitulah sekilas pemandangan unik di pagi hari. Dan cerita pun berlanjut dengan rutinitas masing-masing pegawai yang bergelut dengan pekerjaannya masing-masing.

Kamis, 21 Oktober 2010

Memulai Nge-Blog

Semua dari bemula dari rasa bosan...

Saya mesti bikin blog..,   ide itu terlintas di benak saya....

'Bikin blog? bukan kah sebelum-sebelumnya kamu pernah bikin blog.., satu blog, dua blog, tiga blog bahkan mungkin lebih. Kamu sendiri mungkin sudah lupa berapa banyak blog yang pernah kamu bikin yang nyatanya blog-blog itu hanya sebatas dibikin tanpa pernah hidup dan tumbuh.'

Pertanyaan sekaligus jawaban dari sisi lain diri saya membuat saya sedikit tersentak...

Iya ya, dulu saya sudah pernah bikin blog. Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali, saya sendiri lupa berapa banyak blog yang sudah saya buat. Ada yang sebatas bikin account doank trus gak pernah dibuka lagi, dengan alasan lupa pasword dan emailnya. Ada juga yang agak lumayan saya kasih postingan pembuka atau hanya profil si empunya blog. Sungguh keinginan ngeblog yang sebatas 'niat'.

Tapi kali ini keinginan bikin blog kembali muncul. Begitu kuat, tak tertahankan. Semua gara-gara saya merasa bosan. Bosan dengan aktifitas hidup yang menurut saya begitu monoton, kerja, tidur, kerja lagi. Di tambah dengan begitu banyaknya ragam perasaan yang bergelayut di dada bercampur aduk dengan banyaknya pemikiran-pemikiran di kepala serta jari-jemari yang jenuh karena digunakan mencet tuts-tuts keyboard komputer kerja hanya kalo tidak untuk mengetik segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan  pastilah mengetik update status di FB.

Sebelum saya bikin blog, saya luruskan dulu niat. Niat buat apa saya bikin blog. Dan saya ketahui bahwa saya bikin blog karena saya ingin menumpahkan perasaan dan isi kepala yang konon karena saking banyaknya dan selalu saya pendam sendiri membuat rambut-rambut putih di kepala saya makin menjadi. Setelah niat lurus, saya mesti bikin komitmen bahwa blog ini harus tidak hanya saya hamili saja, tapi mesti saya pertanggung jawabkan. Dengan kata lain, blog yang nanti saya ciptakan ini tidak boleh bernasib sama dengan blog-blog saya terdahulu yang tak tahu rimbanya. Blog ini mesti hidup dan tumbuh besar dengan tulisan-tulisan yang selalu hadir di tubuh blog ini. Entah nanti apakah tulisan yang kan hadir bagus atau tidak, berbobot atau tidak, bakalan dibaca atau tidak, semua tak perlu dikhawatirkan. Yang jelas saya mesti nulis dan saya publish di blog ini.

Setelah ada kelurusan niat dan komitmen yang kuat, maka mulai lah saya menjalankan rencana.

Pertama, sebelum membuat blog saya mesti bikin account email dulu. Kenapa saya mesti bikin email baru, padahal saya sudah punya email lama yang juga saya gunakan buat FB?
Jawabnya adalah buat penyegaran aja. Email yang saya punya kayaknya begitu menjenuhkan karena isinya banyak notif-notif dari FB.

Kedua, setelah bikin email selanjutnya saya mesti menentukan mau bikin blog dimana. Setelah searching di mbah google, akhirnya saya memutuskan bikin blog di www.blogspot.com dan saya kasih nama blog itu dengan nama ceritahdy.

Dan akhirnya blog ini pun jadi dengan judul ceritahdy.
Selanjutnya, sebagai pembuahan pertama terhadap rahim blog ini, saya bikin aja tulisan tentang diri saya sekaligus tulisan pembuka di hari Selasa, 19 Oktober 2010.

Sampit,

di antara galaunya diri.
16.00 WIS (Waktu Indonesia Bagian Sampit yang tidak ada perbedaan waktu dengan WIB)

Rabu, 20 Oktober 2010

Sekilas Tentang Hari Ini

"Kewajiban Manusia adalah berdoa dan berusaha, soal hasil Allah lah yang berhak memutuskan..."
Aku menatap hasil yang nampak di depan mata. Namaku tak disebut di sana, sebagai salah seorang 'beruntung' yang usaha dan doanya di ijabah oleh Allah sesuai dengan keinginan mereka. Langkahku untuk menuju pendidikan yang lebih tinggi, mungkin untuk sementara waktu tehenti, namun tak ada alasan bagiku untuk berkecil dan meratapi diri. Langkah yang mesti ditapaki masih panjang. Satu kegagalan, tak mesti mempengaruhi kehidupan. Tahun ini mungkin Allah belum mempercayakan amanah itu kepadaku, sebab masih banyak amanah-amanah lain yang mesti kutunaikan disamping pemuasan ambisi diri akan pendidikan yang lebih tinggi tersebut. Yang jelas aku tak akan menyerah, tahun depan semua akan kewujudkan dengan doa dan usaha yang lebih dibandingkan saat ini.


Sedih, jelaslah ada sedikit kesedihan yang terlintas di diri. Tapi itu tak kan merusak hari ini. Hari ini masih kan tetap indah tuk dilalui. Tak ada penyesalan karena kegagalan, sebab tak ada yang perlu disesalkan atas hasil yang tak sesuai dengan harapan. Manusia hanya diwajibkan berdoa dan berusaha namun hasilnya hanya Allah lah yang berhak menentukan. Dan aku sudah berusaha dengan seoptimal mungkin, sesuai dengan kadar kemampuan yang ada dalam diri. Doa pun tak hentinya ku panjatkan. Dan hari ini Allah menjawabnya, dengan jawaban yang tebaik bagi umatNya.

Sampit,
di Suatu Sore yang Mendung

Selasa, 19 Oktober 2010

Tentang Besok

"Yakinlah, apapun yang kan terjadi esok hari, itulah yang terbaik, suratan takdir dari Ilahi yang telah ditetapkan jauh sebelum kita terlahir di dunia ini"
Besok, 20 Oktober 2010 mungkin akan menjadi hari yang begitu menegangkan dalam kehidupan mereka. Bukan karena besok adalah hari dimana tepat satu tahun masa pemerintahan SBY-Boediono dengan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II yang konon menurut selintingan kabar (kabar angin, kabar burung) akan diperingati oleh masa (mengatasnamakan rakyat) dengan mengadakan demo besar-besaran yang menurut isu agenda utamanya adalah menggulingkan Presiden SBY. SBY akan dikudeta oleh rakyat 'people power' karena selama rezimnya berkuasa SBY dianggap gagal menjalankan pemerintahan yang baik dan benar serta hanya menyakiti hati rakyat mulai dari tidak mampunya SBY mensejahterakan rakyat, angka kemiskinan yang semakin tinggi, pemberatasan korupsi yang lamban dan terkesan tebang pilih, pemerintahan yang sangat kental dengan kepentingan Amerika, kebohongan publik dengan janji-janji manisnya yang hanya mengandalkan politik pencitraan tanpa gerak pasti di mata publik serta banyak lagi yang menurut kabar burung (lagi-lagi burung memberi kabar) bentuk-bentuk kekecewaan rakyat terhadap sang Presiden.

Tapi bukan itu yang kan menjadikan hari mereka esok menjadi menegangkan. Mereka tak memperdulikan kabar burung tentang kudeta itu benar atau hanya sebatas isu semata. Yang membuat mereka tegang adalah besok adalah hari pengumuman apakah usaha mereka akan membuahkan hasil sesuai dengan yang mereka harapan.

Ya, besok Rabu, 20 Oktober 2010 akan diumumkan apakah mereka lulus Seleksi Tahap II Ujian Saringan Masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang diadakan 23 September 2010 yang lalu. Hasil itulah yang akan menentukan apakah mereka berhak untuk mengikuti jenjang pendidikan D3 Khusus dan/atau D4 awal tahun 2011 mendatang.

Malam ini dipastikan mereka harap-harap cemas akan hasil yang akan mereka ketahui esok hari. Semua dari mereka pastilah mengharapkan yang hasil yang terbaik atas usaha dan kerja keras yang telah mereka tempuh.

Menilik ke belakang, tahun 2010 ini mereka menaruh harapan besar untuk bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih baik D III Khusus bagi mereka lulusan DI dan/atau D IV bagi mereka lulusan D III. Segenap usaha dan upaya telah mereka jalani. Mulai membaca buku, belajar tiap malam bahkan tak jarang mencuri-curi waktu di sela-sela kesibukan kerja mereka belajar, mencoba menjawab latihan soal.

Dan usaha mereka pada tanggal 5 Agustus 2010 membuahkan hasil ketika pada tanggal 6 September 2010 lalu mereka dinyatakan lulus seleksi tahap I (Tes Potensi Akademik dan Pengetahuan Umum)dan berhak untuk mengikuti seleksi tahap II (Psikotes).

Sungguh tak ada kesuksesan yang diperoleh tanpa Doa dan Usaha. Mereka telah melaluinya dan sampai sekarang pun masih menjalaninya. Maka sudah selayaknya lah mereka mengharapkan hasil yang terbaik atas usaha dan kerja keras mereka selama ini.

Dan jawaban atas usaha serta doa yang tak henti-hentinya mereka panjatkan kepada Sang Khalik, InsyaAllah akan mereka dapati esok hari. Mereka boleh berharap yang terbaik untuk diri mereka, tapi yang menentukan kadar baik tidaknya ketetapan bagi mereka hanya Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

Dan sekali lagi, apapun yang hasil yang muncul esok hari itulah yang terbaik dari Allah SWT. InsyAllah mereka (tentunya termasuk saya) akan siap menerimanya.


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(QS Al-Baqarah: 216)



Sampit, 19 Oktober 2010
di Suatu Senja
Gemericik Hujan Menemani

Dia Pada Mula Cerita


Prolog...,

Seorang Lelaki, duduk menatap layar monitor. Menarikan jemari-jemari tangannya di atas tuts-tuts keyboard komputer kerjanya. Mencoba memulai rencana yang telah lama dia niatkan, menumpahkan segala pemikiran yang berdesak-desakan di tengkorak kepala dan segala rasa yang bergelayut di dada, yang meminta giliran untuk di tumpahkan lewat rangkaian kata sederhana dalam sebuah cerita, yang tertutur apa adanya.


Sebuah Nama dan Sekilas Tentang Kehidupan...,

Hadiyansyah, begitulah nama yang diberikan kedua orang tuanya saat pertama kali tangis bayi mungil itu pecah mengiang di seantero desa Sungai Luang, sebuah desa kecil di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Seorang lelaki yang terlahir dari keluarga sederhana dan tumbuh dalam kesederhanaan.

Hdy,bayi mungil itu kini tumbuh dewasa. Menjadi lelaki dua puluhan, berkacamata minus, dengan tatanan rambut tipis hampir plontos. Lelaki cuek yang tak begitu memperdulikan penampilan, yang selalu tampak apa adanya.

Masa kecil lelaki itu dia habiskan di Banjarmasin bersama orang tuanya, sebuah kota yang mengajarkan banyak hal padanya. Kota yang begitu berarti dalam sejarah hidupnya. Kota dimana dia belajar dan mengenal makna kehidupan, tempat dia memperoleh curahan cinta dan kasih sayang dari orang tua dan orang-orang penting di kehidupannya. Kota yang menawarkan banyak hal dalam perjalanan hidupnya. Kota dimana dia memahami bahwa hidup adalah sebuah permainan, permainan yang mesti dia menangkan.

Dan kini dia terdampar di Sampit, sebuah kota kecil di tengah daratan Kalimantan. Disinilah lebih dari dua tahun dia menjalankan pengabdian, menjalani peran sebagai pegawai strata rendah di sebuah instansi pemerintah. Sebuah peran yang sejak di bangku SMA dulu begitu dia impikan yang akhirnya mampu tuk terwujudkan berkat doa dan usaha. Peran yang selalu dia coba tuk jalani dengan amanah sebagai bentuk ibadah kepada Tuhannya. Peran dimana dia taruh secercah harapan dan coba ciptakan kebahagian untuk orang tua serta orang-orang yang berperan besar dalam hidupnya.

Meskipun sekarang dia berada di perantauan. Rasa cinta dan sayangnya kepada keluarga tak pernah berkurang. Selalu terbesit harapan dan keinginan untuk bisa kembali ke kota tercinta, berkumpul serta  menjalani indahnya sisa-sia kehidupan bersama-sama. Dia pun tak pernah letih tuk bisa mewujudkan mimpi dan impian yang dia canangkan, untuk menjadi pemenang dalam kehidupan yang dia perankan.



Tentang Cerita...,

Lelaki itu memegang kepalanya. Beberapa hari ini begitu banyak pikiran yang memenuhi tengkorak kepalanya bercampur jadi satu dengan beragam perasaan yang bergelayut di dadanya. Dia, memang tak bisa dan biasa bertutur tentang apa yang dia rasa, membagi segala kisah dan keluh kesah dengan orang lain. Semua hanya dipendamnya, dirasa dan dipikirnya, dicari solusi dan dipecahkannya sendiri.

Tapi kali ini lain. Dia merasa sudah saatnya dia berbagi, berbagi setiap cerita yang terjadi dan dia alami. Menuturkannya tidak lewat sua tapi lewat kata yang terangkai indah lewat tulisan. Dan lewat media inilah dia ingin berbagi beragam cerita dalam 
                                                 'cerita hdy'
Selamat menikmati,
Semoga selalu berkenan di hati.


Sampit, 19 Oktober 2010
di Suatu Sore....