Selasa, 19 Oktober 2010

Dia Pada Mula Cerita


Prolog...,

Seorang Lelaki, duduk menatap layar monitor. Menarikan jemari-jemari tangannya di atas tuts-tuts keyboard komputer kerjanya. Mencoba memulai rencana yang telah lama dia niatkan, menumpahkan segala pemikiran yang berdesak-desakan di tengkorak kepala dan segala rasa yang bergelayut di dada, yang meminta giliran untuk di tumpahkan lewat rangkaian kata sederhana dalam sebuah cerita, yang tertutur apa adanya.


Sebuah Nama dan Sekilas Tentang Kehidupan...,

Hadiyansyah, begitulah nama yang diberikan kedua orang tuanya saat pertama kali tangis bayi mungil itu pecah mengiang di seantero desa Sungai Luang, sebuah desa kecil di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Seorang lelaki yang terlahir dari keluarga sederhana dan tumbuh dalam kesederhanaan.

Hdy,bayi mungil itu kini tumbuh dewasa. Menjadi lelaki dua puluhan, berkacamata minus, dengan tatanan rambut tipis hampir plontos. Lelaki cuek yang tak begitu memperdulikan penampilan, yang selalu tampak apa adanya.

Masa kecil lelaki itu dia habiskan di Banjarmasin bersama orang tuanya, sebuah kota yang mengajarkan banyak hal padanya. Kota yang begitu berarti dalam sejarah hidupnya. Kota dimana dia belajar dan mengenal makna kehidupan, tempat dia memperoleh curahan cinta dan kasih sayang dari orang tua dan orang-orang penting di kehidupannya. Kota yang menawarkan banyak hal dalam perjalanan hidupnya. Kota dimana dia memahami bahwa hidup adalah sebuah permainan, permainan yang mesti dia menangkan.

Dan kini dia terdampar di Sampit, sebuah kota kecil di tengah daratan Kalimantan. Disinilah lebih dari dua tahun dia menjalankan pengabdian, menjalani peran sebagai pegawai strata rendah di sebuah instansi pemerintah. Sebuah peran yang sejak di bangku SMA dulu begitu dia impikan yang akhirnya mampu tuk terwujudkan berkat doa dan usaha. Peran yang selalu dia coba tuk jalani dengan amanah sebagai bentuk ibadah kepada Tuhannya. Peran dimana dia taruh secercah harapan dan coba ciptakan kebahagian untuk orang tua serta orang-orang yang berperan besar dalam hidupnya.

Meskipun sekarang dia berada di perantauan. Rasa cinta dan sayangnya kepada keluarga tak pernah berkurang. Selalu terbesit harapan dan keinginan untuk bisa kembali ke kota tercinta, berkumpul serta  menjalani indahnya sisa-sia kehidupan bersama-sama. Dia pun tak pernah letih tuk bisa mewujudkan mimpi dan impian yang dia canangkan, untuk menjadi pemenang dalam kehidupan yang dia perankan.



Tentang Cerita...,

Lelaki itu memegang kepalanya. Beberapa hari ini begitu banyak pikiran yang memenuhi tengkorak kepalanya bercampur jadi satu dengan beragam perasaan yang bergelayut di dadanya. Dia, memang tak bisa dan biasa bertutur tentang apa yang dia rasa, membagi segala kisah dan keluh kesah dengan orang lain. Semua hanya dipendamnya, dirasa dan dipikirnya, dicari solusi dan dipecahkannya sendiri.

Tapi kali ini lain. Dia merasa sudah saatnya dia berbagi, berbagi setiap cerita yang terjadi dan dia alami. Menuturkannya tidak lewat sua tapi lewat kata yang terangkai indah lewat tulisan. Dan lewat media inilah dia ingin berbagi beragam cerita dalam 
                                                 'cerita hdy'
Selamat menikmati,
Semoga selalu berkenan di hati.


Sampit, 19 Oktober 2010
di Suatu Sore....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar